Minggu, 17 Februari 2008

OUTLINE KOTBAH MINGGU 17 PEBRUARI 2008

BERKORBAN SETURUT RENCANA ALLAH
(Kej 12:1-4; Mzm 121; Roma 4:1-5, 13-17; Yoh 3:1-17)
Oleh Pdt. Rahmat Paska Rajagukguk (Gereformeerd Semarang)

Ada banyak alasan untuk seseorang rela berkorban. Misalnya karena cinta. Seorang yang berkorban memberikan hatinya untuk orang lain, yang dicintai oleh orang yang dia cintai, seperti yang dikisahkan dalam film Heart. Dia mengorbankan dirinya dan cintanya untuk kebahagiaan orang lain. Kisah-kisah pengorbanan romantisme seperti ini sangat menyentuh hati, walaupun pengorbanan itu hanya didasari oleh perasaan saja, tanpa suatu kesadaran akan nilai-nilai kebenaran. Namun hal itu masih lebih baik daripada pengorbanan seperti ini.. Demi uang atau keuntungan, orang siap berkorban harga diri, orang lain bahkan Tuhan pun akan siap untuk dikorbankan demi keuntungan atau kepuasan tersebut.
Tema kebaktian ini tentang berkorban. Berkorban karena apa? Perasaan? Uang? Kekuasaan?Teman Hidup? Pekerjaa? Bukan! Berkorban seturut rencana Allah. Berkorban karena panggilan Tuhan. Bagaimana kita dapat berkorban seturut rencana Allah?
1. Berkorban karena kita mengenal dan dikenal Tuhan. (Kej. 12 : 1 – 4) -. Abram berkorban meninggalkan kemapanannya diusia yang sudah tua, 75 tahun, menghadapi perubahan dalam bidang ekonomi, keluarga, sosial dan sistem hidup dalam hidupnya. Dia dan keluarga serta budak-budaknya melakukan perjalanan yang mereka sendiri tidak tahu kemana tempat tujuan yang pasti, berapa lama dan bahaya yang harus dihadapi. Abram hanya tahu bahwa dia sedang berjalan menuhu suatu negeri yang akan ditunjukkan Tuhan kepadanya. Dia mau karena disuruh oleh Tuhan yang mengenal dan dikenalnya dengan baik.
-. Abram tidak memiliki fanatisme pada Tuhan yang sempit, mengatasnamakan tindakannya atas panggilan Tuhan, tetapi pada kesadarannya akan ketaatannya kepada Tuhan.
-. Peristiwa yang dialami sebagai mozaik-mozaik/keping-keping pengalamannya berinteraksi dengan Tuhan. Dimana melalui peristiwa itu dia semakin dekat dengan Tuhan -. Berkorban sebagai pengalaman iman yang membuat kita semakin dikenal dan mengenal Tuhan.
2. Berkorban karena kita mengetahui kebenaran (Roma 4 : 1 – 5 dan 13 – 17) -. Berkorban bukan untuk mendapat upah atau balasan. Kita akan mudah berkorban dan bertahan lebih lama karena ingin mendapatkan apa yang kita inginkan sebagai upah dari tindakan itu. Seringkali besar kecil pengorbanan itu diukur dari besar kecilnya upah/balasan yang akan kita terima.
-. Paulus berpendapat bahwa pengorbanan Abraham benar, bukan pada tindakan/perbuatannya, tetapi pada imannya yang diperhitungkan sebagai kebenaran. Karena Abraham beriman kepada Tuhan sehingga dia berkorban inilah kebenaran yang dilakukan oleh Abraham. Dia tidak melakukan itu karena rasa takut kepada peraturan atau hukum.
-. Berkorban supaya dinilai orang lain taat pada hukum, dipuji/dihormati sebagai orang yang saleh dan karena takut kena hukuman adalah kesalahan. Berkorban karena iman dan kesadaran sebagai anak-anak Tuhan, yang mengutamakan terjalinnya hubungan yang harmonis dengan Tuhan adalah kebenaran.
-. Berkorban sebagai kesadaran akan kebenaran yang Tuhan nyatakan dalam hidup.
3. Berkorban karena kita mengasihi dan dikasihi Tuhan (Yohanes 3 : 1 – 17) -. Yesus Kristus berkorban menjadi manusia dan sampai mati dikayu salib membuktikan betapa besar kasih Allah kepada manusia, yang walaupun demikian banyak orang tidak dapat memahami kasih Allah yang besar itu. Namun itulah Allah, yang tetap berbuat sesuatu yang baik, walaupun manusia sering salah mengerti, itu semua karena kekuatan kasih Allah kepada manusia.
-. Pengorbanan yang didasari oleh kasih tidak dipengaruhi oleh situasi, tetapi oleh kekuatan kasih itu sendiri. Kasih yang diungkapkan dengan perasaan dan komitmen yang kuat.
-. Berkorban kepada Tuhan dengan meresponi kasih-Nya dengan kesungguhan kasih kita.